MENGAPA HARUS SALING MENGALAHKAN..??
Memaknai hidup
sebagai pertandingan menyebabkan yang lain difahami sebagai musuh yang harus
dikalahkan. Naluri memenangkan, sering pemicu
sedotan energi untuk mengintip kekuatan lawan, dan sisanya memperkuat
diri demi satu akhir lebih baik. Apa yang di dapat dari sebuah kemenangan?? Apa yang dirasa oleh sang
terkalahkan???.
Ini tentang ”spirit of fighting”, ini
tentang penggandaan gairah untuk kelahiran karya-karya spektakuler, ini tentang
gengsi dan harga diri, ini tentang citra diri, ini tentang apresiasi bagi yang
tertinggi, ini persoalan hukumuan bagi mereka yang malas berlatih, ini jalan
pintas mencari potensi yang layak di orbitkan, ini tentang keinginan
menghadirkan orang-orang terbaik dalam
satu komunitas bervisi unggul, ini tentang perulangan sejarah perlombaan
pertemuan sel telur dan ovum yang merupakan muasal keterlahiran
manusia....semua menjadi pembenar dan memotivasi perulangan tersajinya
pertandingan demi pertandingan hidup dalam segala variasi bentuknya.
Ironisnya, kemenangan tak jarang melahirkan perasaan lebih
dan menjadi sumber parcaya diri. Yang menang tertawa lepas saat air mata dan jerit bathin begitu dalam
berlangsung disisinya. Yang kaya juga tak jarang memaknai sebagai pembenar
untuk selalu di dengar dan bisa berbuat apa saja. Penguasaan yang satu terhadap
lainnya tak terhindari. Akibatnya, bukan
tak jarang kekalahan melahirkan dendam kesumat yang terkuak dalam sikap dan
perwajahan yang tak kunjung beraura cerah. Bahkan kekalahan tak jarang
menimbulkan kreasi negatif untuk bisa menyemat sebutan lebih baik dari yang
lain.
Ini paradigma dunia dan mungkin
terlalu naif untuk dipermasalahkan. Ini tentang
pemanjaan ”killing insting” yang diyakini ada pada setiap manusia. Ini
tentang dinamika hidup yang diyakini mati bila pertandingan ditiadakan. Ini
tentang gairah yang memerlukan saluran pemuasnya. Sisi negatif dari
pertandingan diyakini akan lenyap dengan
sendirinya walau pada kenyataannya hanya sedikit yang berhak menyemat kata
”juara” dan sisanya adalah kelompok mayoritas berstatus terkalahkan.
Tetapi pertandingan tetep terselenggara dengan peserta yang hampir sama
jumlah pesertanya. Terkadang., di kemenangan yang terulang, banyak sang juara
kemudian menyadari bahwa musuh terbesarnya ternyata bukan orang lain, tetapi
adalah ”dirinya sendiri”.
Sesungguhnya ada yang terlupa, peserta lomba adalah manusia yang terlahir dengan
keunikan dan talentanya masing-masing. Andai mereka di kolaborasikan
menjadi kombinasi akumulasi potensi, tak
kan ada lagi yang merasa tersaingi, tak ada lagi yang merasa terkalahkan, tak
ada lagi yang merasa terpinggirkan. Naluri membunuh akan berubah menjadi naluri
saling asah, saling asih dan saling asuh.
Pada titik itu, manusia telah kembali ke fitrahnya...KAH???
http://www.arsadcorner.com/2012/05/mengapa-harus-saling-mengalahkan.html