Kopma Unila
Jl. Prof.Dr.Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng PKM Lt.1 Kampus UNILA Bandar Lampung 35145
Kamis, 25 Oktober 2012
Minggu, 02 September 2012
Langkah sukses memulai usaha sambil kuliah yang bisa dicoba para pemula yang berstatus sebagai mahasiswa.
Semangat Pagi :)
Langkah sukses memulai usaha sambil kuliah yang bisa dicoba para pemula yang berstatus sebagai mahasiswa.
Pertama, membangun mental entrepreneur. Langkah pertama yang perlu
dijalankan para mahasiswa yaitu membangun mental entrepreneur dalam diri
mereka. Meskipun sekarang ini mereka masih berstatus sebagai mahasiswa,
namun jangan pernah minder dan takut untuk terjun di dunia usaha.
Sebab, pada dasarnya semua bidang bisa Anda pelajari dari nol, termasuk
juga ketika ingin belajar berwirausaha sejak duduk di bangku
perkuliahan. Mulailah dengan memperkaya ilmu dan skill Anda melalui
buku, majalah bisnis, mengikuti mata kuliah kewirausahaan yang ada di
kampus Anda, mengikuti club maupun forum kewirausahaan di tempat kuliah
Anda, mengikuti berbagai macam seminar maupun pelatihan bisnis yang ada
di Indonesia, serta memperluas networking dengan bergaul di lingkungan
para pengusaha muda.
Kedua, tentukan peluang bisnis yang sesuai
dengan modal. Ketika mental Anda mulai terbangun, langkah berikutnya
yang perlu diperhatikan adalah memilih jenis usaha yang sesuai dengan
modal Anda. Yang dimaksudkan dengan modal disini tentunya tidak hanya
berupa materi saja, namun juga meliputi modal skill, modal passion
(hobi), waktu luang, dan lain sebagainya. Contohnya saja seperti menjadi
reseller produk, menjadi penulis artikel, membuat beragam jenis
aksesoris (seperti kerajinan flanel, kain perca, manik-manik, kerajinan
sulam, dll), memproduksi coklat, camilan, atau aneka macam makanan
ringan, bisnis pulsa berjalan, menyediakan jasa penerjemah, jasa les
privat, jasa servis komputer maupun handphone, jasa rental komputer,
jasa pembuatan website, serta masih banyak lagi peluang bisnis mahasiswa
lainnya yang memberikan keuntungan cukup besar bagi para pelakunya.
Ketiga, bagi waktu Anda sebaik-baiknya. Sebagai mahasiswa, tentunya
sebagian besar waktu Anda akan tersita di bangku perkuliahan dan sibuk
mengerjakan tugas-tugas kampus yang setiap harinya menumpuk di meja
belajar Anda. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bila Andapun
bisa merintis usaha kecil-kecilan di sela-sela jadwal kuliah Anda setiap
hari. Yang terpenting, bijaklah dalam membagi waktu. Pisahkan waktu
belajar Anda dengan waktu luang untuk merintis usaha. Misalnya saja
ketika hari-hari kerja, gunakan waktu pagi hingga sore untuk fokus
mengurus segala hal yang berhubungan dengan kuliah Anda. Sedangkan waktu
malam hari atau ketika hari libur tiba, optimalkan tenaga dan pikiran
Anda untuk menciptakan ide kreatif baru guna mengembangkan bisnis
sampingan yang Anda rintis. Ketika waktu Anda bisa terbagi secara
seimbang, maka kuliah dan bisnis Anda pun bisa berjalan beriringan.
Keempat, aktif berpromosi di lingkungan sekitar. Untuk mendukung
perkembangan bisnis yang dijalankan, setidaknya Anda bisa mulai
berpromosi di lingkungan sekitar Anda. Contohnya saja dengan
menginformasikan produk atau jasa Anda kepada teman-teman kuliah, teman
kost, keluarga, saudara, dosen-dosen Anda, atau mempromosikan bisnis
tersebut melalui situs pertemanan online (sebut saja seperti facebook,
twitter, blog, google plus, dan lain sebagainya).
Kelima,
action dari sekarang. Setelah yakin dengan persiapan dan kemampuan yang
Anda miliki, kini tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk menunda-nunda
rencana bisnis yang telah dibuat dan segera merealisasikannya untuk
mendapatkan untung besar setiap bulannya.
Semoga informasi tips
motivasi bisnis yang kami sampaikan pada pekan ini bisa memberikan
tambahan semangat bagi para pembaca, dan menginspirasi seluruh mahasiswa
di Indonesia untuk segera mulai berkarya menciptakan peluang kerja
sebanyak-banyaknya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.
Semangat Pagi :)
Sabtu, 18 Agustus 2012
Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
kata telah terucap, tangan telah bergerak.
Prasangka telah terungkap, tiada kata kecuali "saling maaf"
Jalin ukhuwah & kasih sayang raih indahnya kemenangan hakiki,
Maka dari itu,, Kami segenap Keluarga Besar Kopma Unila mengucapkan
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H" Mohon Maaf Lahir &
Batin ^_^
Selasa, 17 Juli 2012
Jumat, 13 Juli 2012
Penerapan Arsitektur Bisnis Untuk Pengelolaan Perguruan Tinggi
Oleh : Hendri Teja
Ketika saya menawarkan arsitektur bisnis untuk meningkatkan kinerja
perguruan tinggi, banyak rekan-rekan pendidik yang sangsi. “Memangnya
institusi pendidikan itu perusahaan?” menjadi sanggahan yang paling
sering diajukan. Benar. Perguruan tinggi bukan perusahaan. Tetapi
keduanya sama-sama organisasi. Dan sesungguhnya arsitektur bisnis memang
sengaja diciptakan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Untuk
menggerus salah kaprah ini, maka Mathiyas Thaib mendefinisikan
arsitektur bisnis sebagai cetak biru (blue print) atau rancangan dan rencana menyeluruh (comprehensive) serta terintegrasi (integrated) yang dimulai dari level atas (strategic layer) sampai kepada level bawah (operational layer). Definisi ini sangat khas organisasi bukan perusahaan semata.
Jiwa Arsitektur Bisnis
Lebih lanjut, arsitektur bisnis dijiwai oleh tiga konsep dasar yaitu
Balanced Scorecard (BSC), rantai nilai (value chain) dan proses bisnis.
Mari kita bedah, konsep ini satu persatu.
1. Balanced Scorecard (BSC)
Merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang dikembangkan pada
tahun 1990-an oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David
Norton (Renaissance Solution, Inc.). BSC hadir sebagai kritik atas
mainstream pengukuran kinerja keuangan, di mana keberhasilan perusahaan
hanya dinilai dari segi keseimbangan neraca (balance sheet). BSC
menawarkan pengukuran kinerja melalui empat perspektif, yaitu : (1)
perspektif pembelajaran, (2) perspektif internal proses, (3) perspektif
pengguna, dan (4) perspektif keuangan. BSC dinilai lebih layak karena,
bagaimanapun juga, untuk memandu dan mengevaluasi suatu perjalanan
perusahaan pada era informasi, harus disusun suatu nilai masa depan
melalui investasi pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi,
dan inovasi.
2. Proses Bisnis
Pertama kali dilontarkan oleh Michael Hammer (Massachusetts Institute
of Technology) dalam bukunya yang sangat terkenal “Business Process
Reengineering” pada tahun 90‐an. Ia bermaksud menyederhanakan cara‐cara
bekerja korporasi dan pemerintah yang sudah terlanjur menjadi sangat
birokratis, yang menyebabkan ketidakefisienan dan sangat sulit
diintegrasikan dengan pendayagunaan teknologi informasi. Proses bisnis
dapat didefinisikan sebagai kumpulan proses kerja yang memiliki
keterkaitan, ketergantungan dan hubungan sebab akibat satu sama lainnya
serta memiliki tujuan akhir di dalam sebuah organisasi perusahaan atau
lembaga. Tujuan akhir proses bisnis adalah menciptakan atau memberikan
nilai maksimun kepada para penggunanya.
3. Rantai Nilai (value chain)
Dipopulerkan oleh Michael Porter, dan merupakan pengembangan dari
konsep proses bisnisnya Michael Hammer. Inti dari konsep ini adalah
penciptaan nilai tambah dari setiap aktivitas, proses kerja dan proses
bisnis yang dilakukan. Penjelasan seperti ini. Dalam menjalankan proses
kerja di organisasi pasti terjadi hubungan atau interaksi antar proses
baik di dalam kelompok proses utama maupun dengan proses penunjang.
Ibarat suatu mata rantai (chain), masing-masing interaksi tersebut
saling memiliki keterkaitan. Setiap aktivitas harus menciptakan nilai
tambah untuk aktivitas berikutnya. Secara totalitas keterkaitan
aktivitas-aktivitas tersebut merupakan proses penciptaan nilai tambah
(added value). Sehingga aktivitas dan atau proses yang tidak bernilai
tambah sebaiknya ditiadakan saja.
Maka jika arsitektur bisnis diibaratkan sebagai gedung pencakar
langit. BSC adalah lantai-lantainya. Pada setiap lantai terjadi berbagai
aktifitas yang kemudian menjadi proses kerja dan akhirnya membangun
suatu proses bisnis. Interaksi antar proses baik di dalam kelompok
proses utama maupun dengan proses penunjang saling terkait selayak mata
rantai, di mana setiap proses bisnis berorientasi untuk meningkatkan
nilai tambah bagi proses bisnis selanjutnya
Peta Operasional Perguruan Tinggi
Lantas, bagaimana konkrit penerapan arsitektur bisnis di perguruan
tinggi? Secara paripurna tulisan ini akan sulit mengakomodir
penerapannya. Karena itu kali ini kita akan menekankan pada generik
strateginya saja, yaitu peta operasional perguruan tinggi.
Ketika bicara tentang peta operasional, maka kita akan mendedah
tujuan organisasi. Banyak nian tujuan perguruan tinggi yang disosorkan.
Tetapi jika mau dipukul rata, sebenarnya arahannya adalah benefit dan
profit. Dan muara dari keduanya adalah pencapaian peningkatan nilai
organisasi secara berkelanjutan.
Kelemahan mendasar dari banyak organisasi di tanah air kita adalah
kegagalan menyusun peta operasional. Kegagalan ini menyebabkan
ketidaktepatan strategi dan dampak dari strategi dengan harapan dari
organisasi itu sendiri. Parahnya, seringkali manajemen perguruan tinggi
hanya berfokus pada “ujung” operasional. Strategi yang dipakai berada di
tahap “nyaris ke ujung”. Padahal yang namanya “ujung” tidak akan pernah
terlepas dari keberadaan pangkal.
Ambil contoh, perguruan tinggi ingin menekankan peningkatan profit.
Strategi yang diterapkan adalah membangun citra layanan pembelajaran.
Manajemen pemasaran nomor wahid digelontorkan. Walhasil,
berduyun-duyunlah calon mahasiswa baru mendaftar.
Namun, bagaimanapun penyelenggaraan perguruan tinggi tidak berhenti
di tahapan penjualan. Salah satu proses utama adalah manajemen
pembelajaran. Ini akan terkait dengan kualitas, biaya dan waktu
penyerahan jasa tersebut. Jika pemasaran tidak iikuti dengan peningkatan
manajemen pembelajaran, akibatnya pasti mahasiswa akan kecewa. Kualitas
pembelajaran anjlok karena sarana prasarana tidak memadai, dosen tidak
kompeten, tenaga kependidikan tidak ramah dan gemar mempersulit
mahasiswa. Peserta didik yang kecewa dapat melakukan gerakan-gerakan
yang menghambat penyelenggaraan perguruan tinggi –unjukrasa misalnya. Di
lain sisi, sudah pasti kelemahan manajemen pembelajaran akan berdampak
pada rendahnya kompetensi lulusan. Boleh jadi kekecawaan akan berlanjut
pada perusahaan-perusahaan yang memperkerjakan alumni perguruan tinggi
tersebut.
Lalu sadarlah kita bahwa untuk mencapai peningkatan nilai perguruan
tinggi harus melintasi tahapan-tahapan, yaitu perspektif pembelajaran,
perspektif internal proses, perspektif pengguna dan perspektif pemilik.
Sebagai suatu tahapan maka jangan harap kondisi yang termaktub
perspektif pemilik dapat dicapai dengan hanya menekankan perspektif
pengguna semata. Pasalnya, perspektif pengguna adalah akibat dari
perspektif internal proses yang merupakan muara dari kinerja perspektif
pembelajaran. Pembagian ini adalah penerapan dari konsep BSC.
Misalnya begini. Peningkatan teknologi dan informasi pada perspektif
pembelajaran akan berdampak membaiknya penggunaan sarana dan prasarana
serta pembelajaran pada perpektif internal proses. Jika keduanya baik,
secara otomatis maka kualitas pembelajaran akan baik, biaya
pembelajaran akan menurun, dan waktu pembelajaran juga akan membaik.
Jika kualitas, biaya dan waktu tersebut membaik akan mendorong
peningkatan kompetensi dan prestasi dari mahasiswa. Ini adalah logika
kausalitas yang menjiwai konsep rantai nilai.
Permasalahannya, bagaimana cara melaksanakannya? Peta operasional
hanya memuat gagasan dasar, untuk dapat workable maka perlu dirumuskan
tujuan strategi untuk setiap pemangku kepentingan, yang dilanjutkan
dengan penetapan target strategi. Target inilah yang dijadikan tolok
ukur proses pencapaian atau biasa disebut Key Performance Indicator.
Setiap tujuan strategi memiliki program inisiatif yang harus dijalankan
dan dilaksanakan secara berkelanjutan.
Untuk mencapai target-target tersebut maka program inisiatif harus di-breakdown
lagi menjadi aktivitas-aktivitas sehingga semua tahu “siapa bertindak
apa”. Semakin besar suatu organisasi maka semakin kompleks program
insiatif yang harus dilakukan, dan semakin banyaklah aktivitas-aktivitas
yang harus dilakukan. Untuk lebih memudahkan perancangan ini, Mathiyas
Thaib telah merancang I- MT Diagram seperti terlihat pada gambar
berikut ini :
Pada titik ini mungkin timbul pertanyaan mengerikan, “jadi setiap
aktivitas tersebut harus dilakukan?” Tidak begitu juga. Porter menyebut
untuk mencapai kinerja maksimal harus dipilih aktivitas utama dari
ratusan aktivitas yang tersedia dalam proses bisnisnya agar tercapai
diferensiasi dan tidak mudah ditiru oleh pesaingnya. Aktivitas utama ini
adalah aktivitas yang dinilai berdampak signifikan terhadap pencapaian
kinerja. Kemudian selenggarakan aktivitas dan proses tersebut dengan
cara terbaik dan maksimal untuk memenuhi keinginan pelanggannya.
Tentu saja untuk menemukan KPI dan aktivitas utama tidaklah mudah.
Perlu waktu khusus untuk menyusun KPI dari masing-masing perspektif,
merumuskan program inisiatif dan mem-breakdown-nya menjadi
aktivitas-aktivitas, dan menentukan aktivitas utamanya.
Perumusan ini hanya akan tepat sasaran jika kalangan manajemen kunci
dan para pihak yang terkait dengan perumusan tersebut paham akan BSC,
rantai nilai dan proses bisnis. Tiga konsep yang menjadi jiwa dari
arsitektur bisnis.
Sumber : http://www.alomet.net/?p=1397
Membangun Keadilan Sosial Ekonomi dari Koperasi
Koperasi
adalah organisasi orang-orang yang dilandaskan pada prinsip yang
jelas, kerjasama adalah kuncinya, bagi si miskin maupun si kaya, tua
atau muda, laki-laki atau perempuan. Siapapun mereka, apakah sebagai
individu-individu atau merupakan representasi sebuah kelompok dan bagi
mereka segala usahanya ditujukan bagi tegaknya keadilan, demokrasi
partisipatif adalah afiliasi koperasi. Tidak ada sifat permusuhan bagi
koperasi terhadap siapapun. Tetapi koperasi dengan caranya sendiri
sudah barang tentu menolak segala bentuk eksploitasi, penindasan,
pembodohan, pemelaratan, dan sebagainya. Kezaliman adalah musuh abadi
koperasi.
Koperasi
adalah bangunan sistem yang menginginkan terjadinya keadilan sosial
ekonomi secara partisipatif. Di mana kita pahami bahwa suatu sistem
ekonomi tentu tidak hanya sebuah perangkat institusional untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan yang ada, tetapi juga sebagai suatu
cara untuk menciptakan dan membentuk keinginan-keinginan di masa depan.
Demikian antara lain yang disampaikan oleh Suroto, Ketua Lembaga Studi
Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I), salah satu pemakalah
Seminar Nasional bertema ”Bersama Kaum Muda Membangun Ekonomi Bangsa”.
Seminar tersebut diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta kerjasama dengan Induk
Koperasi Kredit (Inkopdit) Jakarta, bertempat di Ruang Koendjono Lt 4
Gedung Pusat USD pada Senin (14/5) lalu.
Inkopdit
adalah induk koperasi kredit atau Credit Union (CU) yang awalnya dari
Jerman Barat. Koperasi Kredit ini mulai di Indonesia sejak tahun
1970-an. Motto Cu adalah membantu diri sendiri dan membantu sesama.
Credit Union sendiri artinya kumpulan orang-orang yang saling percaya.
Demikian menurut Abat Elias, General Manager Inkopdit (alumnus
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1986) dalam makalahnya berjudul
”Prospek Koperasi Kredit (Credit Union) di Tengah Lembaga Keuangan di
Indonesia”.
Lebih
lanjut ia mengatakan dalam kesimpulan bahwa CU/Koperasi pada umumnya
hadir untuk mengimbangi kekuatan kapitalis yang sangat tidak adil
terhadap mereka yang memiliki kemampuan kurang, yaitu sebagian besar
rakyat Indonesia sendiri. Oleh karena itu kaum muda Indonesia harus
lebih awal dan segera untuk memperkuat barisan dalam usaha membela
hak-hak kaum yang kurang mampu.
Rektor
USD, Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtomo, SJ dalam sambutannya mengatakan
bahwa perlunya kerjasama kelembagaan dalam usaha pemberdayaan SDM
Indonesia. Sementara menurut Patrick Vivid, Ketua Panitia menambahkan
bahwa kerjasama USD dengan Inkopdit ini untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, sesuai dengan prinsip koperasi kredit/CU.
Dalam
seminar tersebut juga menampilkan pemakalah lainnya, seperti: Titus
Odong Kusumajati (USD) dengan tema ”CU sebagai Genuine Coorperative di
Indonesia”; Prof. Lincolin Arsyad (Direktur MM UGM) dengan tema
”Prospek Koperasi Kredit/CU di Tengah Persaingan Bisnis Jasa Keuangan”;
dan Romanus Woga (Ketua Pengurus Inkopdit) dengan tema ”Peran
Koperasi Kredit/CU dalam Pembangunan Nasional”.
Seminar
dihadiri sekitar 300 peserta, sebagian besar mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi, seperti USD, UGM, UNY, dosen, birokrat, koperasi,
LSM, Organisasi Masyarakat, dan lain-lain.
Suwandi
Tentang Kementerian Koperasi dan UKM
Di Indonesia, ide-ide perkoperasian
diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R.
Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 mendirikan sebuah Bank untuk
Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh
De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang
didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk
memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan
Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling
Inlandschhe Cooperatieve.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang
Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi
pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai
Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.
Hingga saat ini kepedulian pemerintah terhadap keberadaan koperasi
nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus menangani
pembinaan dan pengembangan koperasi.
Langganan:
Postingan (Atom)